Rabu, 15 Juli 2020

Pengalaman Berharga menulis Ala Jumanto


Drs. Jumanto, M. Pd. adalah narasumber belajar menulis bersama Om Jay, hari Senin, 13 Juli 2020. Be;iau lahir di Sragen, 21 Januari1966. Beliau telah membuat 10 buku pelajaran dan 3 karya buku fiksi. Pak Jumanto mengawali rutinitas menulis dari menulis puisi. Menulis puisi itu mudah. Setiap ada ide maka beliau tulis. Selingan dari menulis puisi kadang menulis cerita pendek.

Tahun 2004, Beliau ditantang oleh Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, guru sekaligus orang tua beliau untuk menulis buku ajar. Dengan bimbingan beliau Pak Jumanto dapat menyelesaikan 3 buku ajar untuk SMP dan 5 buku ajar untuk SMA. Satu bulan pertama hanya menyelesaikan 1 buku ajar untuk kelas VII SMP/ Mts. Buku ajar untuk kelas VIII dapat diselesaikannya selama 2 minggu. Pendapatan dari menulis buku sekaligus jadi editor jauh dari pendapatan seorang guru PNS.

Pengalaman Pak Jumanto bukan hanya sebagai penulis dan editor tapi marketing dan manajer pun dijalani sampai saat ini. Di PGRI Jateng mendapat tugas sebagai Ketua Badan Penerbitan PGRI Jateng dengan Penerbitan Jateng Press. 

Berikut adalah paparan pak Jumanto seputar memulai menulis Buku!

Bagaimana Memulai?
Buatlah Outline buku yang akan kita tulis!Jika perlu buatlah sinopsis untuk ditawarkan ke Penerbit.

Ada pertanyaan  mendasar yang harus direnungkan sebelum menulis agar buku yang kita tulis baik dan benar.
  • Buku apakah yang akan ditulis?
  • Untuk siapa buku ditulis?
Bentuk , Jenis, dan isi Buku berdasarkan UU No. 3 Tahun 2017 tentang sistem perbukuan.

Bentuk:
  •  Buku cetak yang berupa teks, gambar, atau gabungan dari keduanya yang dipublikasikan dalam     bentuk cetak.
  • Buku Elektronik yang berupa teks,gambar, audio,video, atau gabungan dari keseluruhannya        yang dipublikasikan dalam bentuk elektronik.
Jenis: 
  • Buku Pendidikan: Buku yang digunakan dalam satuan atau program pendidikan pada anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah untuk menunjang pembelajaran. terdiri atas buku teks dan nonteks. Ketentuan lebih lanjut mengenai buku pendidikan diatur dengan peraturan Mentri.
  • Buku umum: jenis buku diluar buku pendidikan.
Isi:
Buku berisi ilmu pengetahuan, informasi, dan hiburan

Kesimpulan:
  1. Menulislah, menulis, dan menulis
  2. Tulislah tema-tema yang ada di sekeliling kita
  3. Jagalah motivasi kita dalam menulis agar kita tetap bersemangat menulis
  4. Sebagai guru banyak ide yang dapat ditulis menjadi buku.
  5. Buatlah outline agar tulisan terarah dan konseptual. Outline memudahkan penulis menciptakan klimak yang berbeda-beda.
  6. Disaat menulis hindari niat untuk mengoreksi atau mengedit. Tulis terus ide yang sedang membara.
  7. Buku yang kita tulis sesuaikan dengan masa perkembangan bahasa calon  pembaca buku kita.
  8. Dimasa sekarang banyak materi yang dapat kita kembangkan menjadi buku.
  9. Kendala kita dalam menulis adalah malas. Kita memiliki pengetahuan dan keterampilan menulis tetapi kita malas menulis.
  10. Untuk menjadi penulis bukan ditentukan bakat. Menjadi penulis karena kemauan kita untuk menulis dan akhirnya terampil menulis.
Penulis:
Muhammad Afif, S. Pd., Gr.
SD Inpres 10 Kabupaten Sorong




Sabtu, 11 Juli 2020

Strategi Pemasaran Buku di Masa Sulit karena Covid-19


Agust. Subardana, S. E., M. M., CDS adalah Narasumber Kegiatan menulis bersama Om Jay Jumat, 10 Juli 2020 Kemarin. Beliau adalah Direktur pemasaran Penerbit Andi. Ada beberapa hal yang disampaikan beliau malam kemarin, diantaranya:

Dampak penjualan Buku Selama Covid-19 antara lain:
  • Jaringan toko buku pada tutup selama covid-19
  • Orang pada takut datang ke toko buku/ mall
  • Penurunan omset toko buku 70%-80%
  • Banyak penerbit memberhentikan distribusi ke toko buku
  • Beberapa penerbit gulung tikar
Grafik pengunjung di gramedia toko buku:

Diatas adalah grafik penurunan pengunjung ke gramedia di masa pandemi covid-19. Penurunan yang cukup drastis.

Nah, untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari pandemi ini, perlu ada strategi jitu dalam bisnis penerbitan buku. Berikut gambaran strategi jitu yang dapat dipakai yaitu digital marketing. Apasaja Digital Marketing itu?"Yuk, kita lihat pada bagan berikut!"


Melihat bagan diatas, sangat jelas sekali bahwa digital marketing akan mampu mendongkrak penjualan buku. Inilah strategi yang perlu kita terapkan jika ingin penerbitan buku tetap eksis di masa apapun. Intinya bahwa penguasaan Digital perlu di masa pandemi ini agar tidak tergerus oleh keadaan.

Apa sajakah manfaat dari Digital Marketing itu?

Manfaatnya: 
  1. Biaya relatif murah atau terjangkau
  2. Daya  jangkauan sangat luas
  3. Mudah menentukan target pasar buku yang akan kita tawarkan sesuai kategori
  4. Komunikasi dengan konsumen lebih mudah
  5. Mudah dievaluasi dan dikembangkan
  6. Lebih cepat populer
  7. Sangat membantu meningkatkan penjualan
Selanjutnya tentang potensi buku sekolah.. Setiap sekolah harus mengembangkan perpustakaannya agar literasi tetap berjalan. Kebijakan pemerintah terkait penggunaan dana BOS diantaranya:
  • Pengembangan perpustakaan
  • Kegiatan penerimaan siswa baru
  • Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler
  • Kegiatan evaluasi pembelajaran
  • pengelolaan sekolah
  • Pembelian atau perawatan alat multimedia pembelajaran
  • Pembayaran honor
  • Perawatan sekolah langganan daya dan jasa
  • Pengembangan profesi guru
Harus kita tahu bahwa penerbit Andi  juga melayani/menyediakan  pembelian buku dari dana BOS melalui SIPlah(blanja.com dan blibli.com), buku teks utama K 13(buku HET), bupel pendamping, buku pelajaran peminatan, buku pelajaran SMK untuk buku kelompok C2 dan C3, buku ajar informatika kelas 4,5,6,7,8,9,10,11,12, buku perpustakaan baik buku fisik dan e-books, dan alat-alat olahraga serta alat-alat kesenian.

Kesimpulan:

" Menulis adalah berjuang dan penulis adalah pahlawan yang akan dikenang selama-lamanya, Lembaran karya adalah medan pertempuran dan pena adalah senjatanya, buku adalah gudang ilmu dan kuncinya adalah membaca, membaca adalah jendela dunia."

Jumat, 10 Juli 2020

Proses Menerbitkan Buku Ajar



Joko Irawan Mumpuni adalah narasumber belajar menulis bersama Omjay Rabu, 8 Juli 2020. Tugas resume ini agak telat dikerjakan karena ada kesibukan yang tak bisa ditinggalkan. walaupun telat saya tetap berkomitmen untuk menyelesaikannya. Pak Joko menjabat sebagai Direktur penerbitan, penerbit Andi sekaligus sebagai ketua 1 IKAPI DIY. kalau mau mengenal lebih dekat dengan beliau bisa melalui:
  • email : jmumpuni@gmail.com
  • FB : jokomumpuni
  • Twitter : @jokomumpuni
  • Wa : 08122739971
Adapun 3 pokok bahasan yang disampaikan Narasumber yakni:
  1. Menulis buku yang diterima penerbit
  2. Menulis buku ajar
  3. Teknik menulis buku
Dibawah ini adalah alur/ ekosistem penerbitan buku:

Dalam menerbitkan buku ada beberapa hambatan yang dihadapi yakni:
  • Minat baca : kurangnya minat baca dikalangan masyarakat kita
  • Minat tulis : Kurangnya minat menulis, tidak tahu prosedur menulis dan penerbitan dan sering beranggapan salah terhadap penerbit
  • Apresiasi hak cipta : kurangnya penghargaan hak cipta sehingga terjadi pembajakan, duplikasi non legal dan perangkat hukum
Ciri-ciri penerbit yang baik yakni:
  1. Memiliki visi dan misi yang jelas
  2. Memiliki bussines core lini produk tertentu
  3. Pengalaman penerbit
  4. Jaringan Pemasaran
  5. Memiliki percetakan sendiri
  6. Keberabian mencetak jumlah eksemplar
  7. Kejujuran dalam pembayaran royalty
Sistem penilaian oleh penerbit antara lain:
  • Editorial bobotnya 10%
  • Peluang potensi pasar bobotnya 50%
  • Keilmuan bobotnya 30%
  • Reputasi penulis bobotnya 10%
Naskah yang dapat diterbitkan antara lain:
  1. Tema populer-penulis populer
  2. Tema populer-penulis tak populer
  3. Tema tak populer-penulis populer
  4. Tema tak populer-penulis tak populer

Nah, apa yang penulis peroleh?sesuai dengan gambar diatas maka penulis mendapat 4 keuntungan yakni:
  1. Kepuasan : buku sebagai karya monumental akan dikenang sepanjang masa
  2. Reputasi: buku sebagai karya yang terpublikasikan akan meningkatkan reputasi penulisnya
  3. Karir : adanya kebutuhan peningkatan status jabatan peluang karir di perusahaan
  4. Uang: Royalty, diskon pembelian langsung,dan mengisi seminar/mengajar
Kesimpulan:
" Menulislah karena dengan menulis kita telah berbagi ilmu ke orang lain dan tinggalkanlah jejak agar hidup kita punya makna dan karya"

Karya: Muhammad Afif, S. Pd., Gr
FB: Muhammad Afif
IG: @muhammad_afif08


Selasa, 07 Juli 2020

Menerbitkan Buku di Penerbit Andi

Bapak Edi S Mulyana adalah narasumber dalam kegiatan belajar menulis bersama Om Jay, Senin kemarin, 6 Juli 2020. Dalam masa pandemi Covid-19 saat ini sektor-sektor utama kini menjadi lemah dan tanpa kekuatan seperti sebelumnya. Tak ada yang bisa memastikan kapan pandemi ini berakhir. 
Salah satu yang berdampak yaitu dunia penerbitan. Bukan hal percetakannya, melainkan dalam ranah bisnisnya. Dunia penerbitan saat ini, menghadapi sesuatu permasalahan yang cukup serius. Pemasaran dari penjualan buku-buku kini mengalami penurunan yang sangat drastis. Dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya. Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada duit atau UUD(ujung-ujungnya duit) dalam hal ini penjualan buku untuk bisnis penerbitan.

pada bulan Januari-Februari 2020, omzet toko buku masih sangat normal, tidak ada tanda-tanda terjadinya pusaran badai yang tidak terduga. Setelah pak Jokowi mengumumkan masuknya Corona di Indonesia, benih badai besar ini benar-benar telah tersemai dan membesar sederet multiplikasi yang luar biasa menjadikan semua lini kegiatan mendadak terhenti. Laju bisnis yang tadinya masuk digigi 5, mendadak harus mengerem dan mengganti gigi paling rendah. Terkadang harus memarkirkan bisnisnya sementara waktu, sambil melihat keadaan.

Dengan berlakunya PSBB di beberapa daerah, dengan otomatis toko buku anadalan penerbit yaitu Gramedia, mearkirkan bisnisnya disisi pit stop, artinya terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti dipit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya.

Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut berimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku, hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di toko buku. Setelah 3 bulan parkir di pit stop, tampaknya secercah harapan muncul ditengah badai yang tak menentu, setelah beberapa daerah telah memetakan pandemi dengan baik dan mencoba berani untuk bergerak. Rebound yang terjadi ini menuntut penerbit untuk dengan cepat memutuskan apakah melaju kembali ataukah menunggu terlebih dahulu keadaan menjadi lebih pasti.

Di bulan Juni-Juli, saat ini dapat dikatakan Gramedia sebagai outlet toko buku telah mulai membuka gerainya hingga mencapai angka di 80% di seluruh Indonesia, berakibat bergeraknya kembali semangat penerbit-penerbit untuk memulai New Normal. Melaju, tentunya butuh dana, sementara roda cash flow hampir terhenti 2 bulan hingga 3 bulan, sehingga gambling keadaan pun terjadi. Banyak penerbit yang telah kehabisan nafas, sehingga tetap memutuskan untuk memarkirkan bisnisnya sambil menunggu keadaan. Sementara, penerbit jika tidak mengambil kesempatan untuk mengisi pasar, tentunya akan semakin terpuruk. Penerbit dapat memetakan buku-buku apa yang masih dapat dikembangkan saat keadaan chaos seperti ini.

Dengan berbekal pengalaman, penerbit pun mengidentifikasi tema-tema yang update terutama mengenai virus corona, diberikan pada penulis-penulis yang sudah ada database penerbit. Sehingga penerbit pun dengan cepat mendapatkan bahan-bahan buku dengan tema virus.

kesiapan penulis, dalam menuliskan materi dala sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah. mereka mempunyai database penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat kita mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten dibidang ini, dan dengan cepat mereka meramu materi, kemudian mereka launch dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik.

Buku-buku pendidikan, juga tetap mereka pertahankan produksinya, karena mereka yakin buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku mereka konsentrasika ke buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.

Sebagai kalimat penutup dari pak Edi S Mulyana:
"Dunia tulis menulis tidak akan mati, terus berkarya bagaimanapun keadaannya, karena diluar sana masih banyak pembaca yang menginginkan relung keingin tahuannya dari tulisan kita semua. Kami akan mencoba menjembataninya semampu kami ditengah perubahan jaman yang luar biasa ini"

Sabtu, 04 Juli 2020

Berbagi Pengalaman Menulis dan Menerbitkan Buku Ala M. Firman Suwarya

M. Firman Suwarya, M. Kom adalah Narasumber Belajar Menulis Bersama Om Jay hari Rabu, 1 Juli 2020. Tapi saya baru bisa menyelesaikan resume ini karena ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. Walaupun terlambat saya harus tetap menyelesaikan tugas ini. Adapun profil dari narasumber  kali ini adalah sebagai berikut:
    Nama : M. Firman Suwarya, M. Kom
    Instansi : SMPN Unggulan Sindang Indramayu
    Pendidikan : Sarjana Teknik Informatika STMIK TC Bandung, Pascasarjana Teknik Informatika                 STMIK Eresha Universitas Pamulang Tangerang Banten
    Alamat Kantor : Jl. Raya Terusan Km. 3 Terusan Sindang Indramayu Jawa Barat
    No. Wa : 085224494765

Adapun beberapa Media sosial yang bisa anda kunjungi jika ingin mengenal lebih jauh Pak Firman, diantaranya di FB: Muhammad Firman Suwarya, IG: @firmansuwarya, Email: firmansmuhammad@gmail.com, youtube: Youtube.com/c/firmansuwarya, dan Blog: gubuginformatika.blogspot.com.

Mengawali belajar menulis kali ini dengan istilah tentang FreeWriting yaitu teknik menulis cepat tanpa hambatan. Ini adalah istilah baru yang saya tahu. Semoga kedepannya bisa menulis cepat dengan teknik ini. Jika kita berani konsisten menulis 5 lembar per hari, maka yakin bahwa kita akan menjadi seorang penulis yang handal dan produktif. Secara umum  memeang menulis sebanyak 5 halaman itu membutuhkan waktu berjam-jam, belum lagi nanti efeknya ketemu dengan rasa bosan dan itu memang penyakit yang hampir semua penulis rasakan baik yang baru belajar menulis ataupun mungkin bagi penulis handal. Bahaya penyakit ini adalah biasanya diawali dengan menyerang pikiran, cirinya tiba-tiba ide-ide yang kita punya hilang entah kemana. Lantas bingung harus menulis apa, puyeng, dan sederet teman-temannya. Dampak terakhirnya adalah kita akan capek, lelah,dan  malas untuk menulis. Ya, itulah pengalaman dari beliau diwaktu dulu. Sejak  mengenal FreeWriting, beliau terbebas dari hal-hal tersebut, walau tidak langsung begitu keluar dan lolos dari penyakit itu. 

Secara sederhana Free Writing, pokoknya tulis secepatnya terhadap ide yang muncul, jangan takut salah, jangan takut keliru, jangan takut jelek hasilnya, apalagi takut salah ketik, pokoknya tulis dan tulis sampai habis. Modalnya ide, dan ide bisa muncul dari mana saja. Hal-hal lain dalam free writing nanti pada saat proses editing.

Kesimpulan dari materi kali ini adalah:
Rasa bosan adalah penyakit yang sangat berbahaya melebihi  covid 19. Hati-hati dan waspada karena dia bisa menyerang dengan tiba-tiba maka kita harus pupuskan dengan coba dan coba lagi. Sampai kapan kita harus mencoba maka jawabannya sampai kita sukses.

Selasa, 30 Juni 2020

Mengelola Sekolah di Era Covid-19

Dra. Betti Risnalenni, MM adalah pendiri kelompok belajar(KB), TK, dan SD Insan kamil, Bekasi. Sekolah dengan biaya terjangkau dan berfasilitas bagus. Begitu banyak perjuangan ibu 5 anak ini mendirikan sekolah. Gara-gara salah satu anaknya tak bisa masuk  ke sekolah mahal, Betti pun bertekad membangun sekolah. 
    Prinsip Hidup bu Betti adalah"Tak pernah mengeluh lelah sebagai pengajar".

Sosok Betti memang begitu lekat dengan dunia pendidikan. Bergelut sejak tahun1991, lulusan IKIP Jakarta ini telah mendapatkan banyak penghargaan. Mulai dari guru dan kepala sekolah berprestasi se-Bekasi, juara 1 tokoh wanita berprestasi di bidang pendidikan dari walikota se-Bekasi, juara 1 wirausaha se-Jawa Barat. Dunia mengajar memang hal yang tak asing baginya. Selain sebagai guru dan kepala sekolah, ia juga sempat dilatih pengajar dari Malaysia untuk mengajar aritmatika dan kemudian membuka kursusnya. Betti merupakan orang ke-6 yang membuka kursus aritmatika di Indonesia. Awalnya, ia hanya punya tiga murid memang saat itu belum banyak dikenal orang.

Tak patah arang, Betti terus gigih mengenalkan aritmatika dengan membagikan brosur sekaligus memperagakan alat aritmatika disaat pembagian rapor di sekolah. Tak sia-sia, Betti bisa mendapatkan murid sampai 400 orang tahun 1998,  bahkan sampai memiliki 24 cabang dan membuat sendiri buku aritmatika. Sambil berjualan buku, ia juga memberi training gratis bagi orang yang ingin membuka kursus. Selanjutnya, salah seorang yang membuka kursus tersebut menawarkan pada Betti untuk mendirikan TK di bilangan Bantar Gebang. Betti yang sudah memiliki Yayasan Insan kamil ini awalnya menolak karena tidak memiliki biaya. Kalaupun mebuka TK ia menginginkan yang baus kualitasnya. Awalnya, di Maret 2003, Betti mengontrak sebuah rumah dahulu untuk mendirikan TK-nya. namun baru setahun berjalan ketika masa kontraknya habis, si pemilik rumah tidak mau memperpanjang kontrakannya lagi.Untungnya saat itu ada orang yang menawarkan rumah dengan harga 23 juta rupiah, sehingga TK-nya pun akhirnya dipindahkan ke rumah tersebut.

Ditahun 2004 bu Betti pun mendirikan sekolah SD. Berbagai kendala sempat Betti temukan saat membangun sekolah. Misalnya, ia harus berutang dengan tukang bangunan yang pembayarannya dicicil atau harus menggadaikan emas, sampai-sampai ia menjadi langganan pegadaian. Bila sudah punya uang, emas itu ia tebus, lalu digadaikan lagi bila kembali tak memiliki uang. Selain itu ia juga banyak berharap dari penjualan buku aritmatika. Caranya, ia memberikan training gratis, tapi beharap peserta mau membeli bukunya. Ilmu aritmatika yang ia ajarkan menggunakan sempoa, metodenya bagus, namun memang tidak semua guru telaten mengajarkannya. Tapi dengan kursus hasilnya akan lebih bagus, karena muridnya lebih kecil, beda dengan di kelas.

Betti mengaku, tak pernah punya uang yang mengendap lama lantaran selalu diputar untuk memenuhi kebutuhan yang lain. bahkan gaji suami juga kadang dipakai dulu olehnya untuk menggaji guru di sekolahnya. Namun sebenarnya, Betti sendiri tidak pernah khawatir soal uang. Ia yakin, rezeki itu selalu datang dari Tuhan dengan cara apapun.

Keinginan Betti untuk mendirikan sekolah seperti itu bukan tanpa sebab. Betti pernah merasakan pengalaman tak enak. Ia pernah mendaftarkan anaknya di sekolah mahal, tapi tidak diterima karena latar belakang pekerjaannya yang kurang mampu untuk menyekolahkan anaknya disana. Meskipun menurutnya ada juga sekolah yang isinya semua anak orang kaya, tapi tetap menerima anak dari panti asuhan. Itu karena pemiliknya adalah orang kaya yang masih mau menolong orang tak mampu agar bisa menikmati sekolah bagus. Hal itulah yang memicu Betti untuk membangun sekolah bagus agar orang yang tidak mampu juga bisa merasakan pendidikan di sekolahnya. satu kelasnya terdiri dari 30 murid saja.

Lalu apa keistimewaan KB, TK, dan SD Insan Kamil ini? Betti berujar seni dan permainan tradisional menjadi keunggulannya. Ia memang menginginkan murid-muridnya harus senang bermain dan seni. Ia ingat pengalaman masa kecilnya yang terlalu dilindungi, tidak boleh main hujan atau becek-becekan. Tapi sekarang, ia membebaskan anaknya agar jangan sepertinya saat masih kecil. Keunggulan lainnya adalah adanya tradisi salaman pagi dan hafalan juz amma. Betti berfikir, kadang ada anak yang kalau berangkat sekolah dalam keadaan belum siap. Ada yang sambil marah atau masih mengantuk. Tapi, begitu di sekolah disambut dan disapa hangat dengan salaman pagi oleh gurunya, anak-anak bisa jadi senang dan semangat sekolah. Sealin itu, Betti juga menekankan adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam. Mulai dari olahraga voli, tenis meja, sepak bola, bulu tangkis, drum band, seni tari, pramuka, yang semuanya gratis tidak dipungut biaya. Setiap hari jumat, sekolah juga menggelar kegiatan yang bersifat fisik, seperti senam, permainan tradisional egrang atau congklak. Kerena anak-anak sekarang banyak yang tidak mengenal permainan tradisional seperti apa.

Murid-murid pun diajarkan berwirausaha waktu penerimaan rapor. Betti bahkan mengajarkan bagaimana caranya agar dagangan mereka laku. Selain itu Betti juga mengajar kelas jurnalistik. Ini agar anak-anak, terutama yang duduk di kelas 3 bisa pintar bercerita dengan cara dipancing lewat cerita. Lalu, dari situlah mereka bisa memberikan tanggapan. Agar komunikasi antara orang tua dan guru tetap konsisten, diadakan pula sesi parenting di sekolah. Sesi parenting ini diadakan per kelas di sekolah agar peserta dan yang bertanya bisa banyak. Tentu sangat beda kalau diadakan satu sekolah, kemungkinan sedikit yang datang. Betti menjabat sebagai kepala harian di SD tersebut.

Menurut Betti, masih banyak yang beranggapan bahwa sekolah bagus itu pasti mahal. Banyak orang tua yang ingin memasukkan anaknya ke sekolah yang didirikan Betti ini, tapi masih ragu-ragu karena takut dikenakan biaya mahal. Karena bangunan sekolah memang tampak bagus dan pakaian seragam muridnya juga selalu terlihat rapih. Padahal, sekolahnya juga memberikan biaya gratis bagi anak yatim dan separuh biaya bagi anak yang tidak mampu. Betti berharap setiap guru tidak pernah lelah dan harus kreatif saat mengajar. Jangan sampai jadi guru yang malas dan banyak mengeluh. Saat sekolah kotor, Betti pun tidak ragu untuk turun tangan untuk menyapu. Kepada anak-anak muridnya ia ceritakan, bahwa di luar negeri orang yang buang sampah sembarangan akan didenda. Akhirnya, ibu Betti pun memberlakukan sistem denda pada sekolahnya.

Ibu Betti pun membagi prinsip hidupnya yaitu tidak pernah mengatakan capek, sesakit apapun dirinya. Bila capek, ia lebih memilih tidur dan jarang minum obat. Vitamin alaminya setiap pagi adalah minum lemon dengan air panas. Beliaupun juga berusaha membai waktu untuk keluarganya. Meskipun sibuk, ia harus tetap memasak untuk anak dan suaminya. Anak-anaknya pun merasa bangga bisa membawa bekal setiap hari dari rumah. Kedepan, masih ada keinginan ibu Betti yang sedang berusaha ia wujudkan yaitu menulis buku tentang bagaimana menjadi guru PAUD. Baginya, mengajar itu sama seperti memasak. Kalau ada bukunya, tinggal dibuka lalu diolah. Ada resep bagaimana caranya mengajar.

"Kalau ada niat baik lakukanlah, kalau mengerjakan sesuatu berikanlah yang terbaik karena nilainya akan memperbaiki citra dan kehidupan kita"